Apa itu Downtime, Yuk Kenali Penyebabnya

Ketika Anda mengunjungi sebuah Situs Website, namun situs tersebut tidak bisa diakses, itu artinya server sedang down. Apakah Anda tahu apa itu downtime?

Keadaan tersebut tentunya pernah dialami oleh hampir setiap pengguna internet. Hal itu tentunya bisa mengambat kerjaan Anda, baik sebagai user maupun pemilik website tersebut.

Untuk itu, dalam artikel ini kami akan mengupas apa itu downtime? Apa saja penyebab terjadinya downtime dan bagaimana cara menghitung downtime?.

So, simak terus ya!

Pengertian Downtime

Apa itu Downtime?
Apa itu Downtime?

Pertama, Anda harus tahu apa itu downtime? Downtime adalah waktu ketika suatu sistem, aplikasi, atau layanan tidak dapat diakses atau tidak berfungsi seperti yang diharapkan.

Masalah downtime biasanya disebabkan oleh masalah teknis atau kegagalan perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, atau infrastruktur lainnya yang digunakan untuk menjalankan sistem tersebut.

Downtime dapat mengganggu aktivitas bisnis atau pelayanan, serta dapat menyebabkan kerugian finansial atau reputasi yang buruk bagi organisasi yang terkena dampaknya.

Oleh karena itu, para pemilik bisnis dan penyedia layanan berusaha untuk meminimalkan downtime melalui pemeliharaan teratur dan upaya pencegahan kegagalan.

Kondisi ini dapat terjadi pada server, jaringan, komputer, website, atau sistem lainnya.

Downtime dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah teknis pada perangkat keras atau lunak, serangan siber, kegagalan listrik, atau perawatan rutin pada server atau sistem.

Ketika terjadi downtime, pengguna tidak dapat mengakses atau menggunakan layanan tersebut, yang dapat menyebabkan hilangnya traffic pengguna dan potensial kerugian finansial bagi pemilik layanan atau bisnis.

Downtime dibagi menjadi dua jenis, yaitu planned downtime dan unplanned downtime.

Planned downtime merupakan kondisi downtime yang direncanakan, biasanya dilakukan ketika penyedia server atau layanan akan melakukan perawatan atau maintenance.

Sementara unplanned downtime adalah kondisi di mana server tidak dapat beroperasi karena masalah gangguan, dan tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi.

Penyebab Downtime

Penyebab Downtime
Penyebab Downtime

Setelah Anda mengetahui apa itu downtime, Anda juga harus tahu penyebab terjadinya downtime.
Bukan tanpa alasan terjadinya downtime, berikut ini beberapa penyebab terjadinya downtime pada server, diantaranya adalah sebagai berikut.

Putus Jaringan

Terputusnya server dari jaringan secara fisik dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya downtime.

Apabila server terputus dari jaringan, maka sistem pada jaringan tidak dapat mengakses server tersebut dan akhirnya mengakibatkan layanan menjadi tidak tersedia.

Penyebab terputusnya server dari jaringan secara fisik bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada kabel jaringan, masalah pada switch atau router, kerusakan pada perangkat keras atau lunak yang digunakan, atau kegagalan listrik yang menyebabkan mati lampu pada server atau perangkat jaringan.

Untuk mengatasi masalah ini, penyedia layanan atau administrator jaringan dapat melakukan berbagai tindakan, seperti memperbaiki atau mengganti perangkat keras atau kabel yang rusak, melakukan konfigurasi ulang pada switch atau router, atau memastikan pasokan listrik yang stabil.

Hal ini akan membantu memperbaiki masalah dan mengembalikan layanan ke kondisi normal secepat mungkin.

Serangan Hacker

Serangan oleh hacker atau serangan siber dapat menjadi penyebab terjadinya downtime pada sebuah server atau sistem.

Jika seorang hacker berhasil menerobos ke dalam server, maka mereka dapat memanipulasi atau menghapus data, mengubah pengaturan, atau bahkan memblokir akses pengguna ke server tersebut.

Dalam beberapa kasus, hacker juga dapat menyebarkan virus atau malware yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem dan menyebabkan layanan menjadi tidak tersedia.

Untuk mencegah serangan hacker, penting untuk meningkatkan keamanan sistem dan memastikan bahwa perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan selalu diperbarui dengan versi terbaru dan memiliki konfigurasi keamanan yang kuat.

Selain itu, perlu juga diadakan pelatihan dan edukasi bagi pengguna dan karyawan untuk meningkatkan kesadaran tentang keamanan siber dan pentingnya menjaga keamanan kata sandi dan informasi rahasia lainnya.

Baca juga: 7 Jenis Serangan Cyber yang Umum dan Cara Mencegahnya

Traffic Terlalu Tinggi

Kapasitas atau batas traffic sebuah server memang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya downtime.

Jika server mendapat lalu lintas atau traffic yang tinggi dan melampaui kapasitas yang dimilikinya, maka server dapat mengalami overload dan tidak mampu melayani permintaan dari pengguna.

Hal ini dapat menyebabkan kinerja server menjadi lambat atau bahkan menyebabkan server menjadi down atau tidak dapat diakses sama sekali.

Untuk mengatasi masalah ini, penyedia layanan atau administrator jaringan dapat meningkatkan kapasitas server dengan menambahkan perangkat keras atau memperluas bandwidth jaringan untuk mengakomodasi peningkatan lalu lintas.

Selain itu, dapat dilakukan juga peningkatan performa server dengan mengoptimalkan perangkat lunak, menghapus file-file yang tidak diperlukan, atau menghapus aplikasi yang tidak digunakan.

Dengan cara ini, server dapat kembali berfungsi dengan optimal dan dapat melayani permintaan dari pengguna dengan lebih baik.

Pemadaman Listrik

Salah satu penyebab umum terjadinya downtime pada server adalah terjadinya pemadaman listrik.

Sebuah server biasanya ditempatkan di pusat data atau data center yang menyediakan tenaga listrik untuk operasinya.

Jika terjadi pemadaman listrik atau gangguan pada sistem pasokan listrik, maka server tidak akan dapat beroperasi dan dapat menyebabkan terjadinya downtime.

Hal ini dapat memengaruhi kinerja server dan dapat mengakibatkan hilangnya data atau informasi penting.

Untuk mengatasi masalah ini, data center biasanya dilengkapi dengan perangkat UPS (Uninterruptible Power Supply) dan generator cadangan untuk memastikan bahwa server tetap dapat beroperasi selama pemadaman listrik.

Perangkat ini dapat memberikan pasokan listrik sementara untuk menjaga server tetap beroperasi dan mencegah terjadinya downtime.

Selain itu, untuk mengurangi risiko downtime akibat pemadaman listrik, server juga dapat dipindahkan ke data center yang memiliki infrastruktur yang lebih andal dan dilengkapi dengan perangkat cadangan yang lebih baik.

Serangan DDOS Attack

Distributed Denial of Service atau serangan DDoS adalah serangan cyber di mana sekelompok komputer yang dikendalikan oleh penyerang digunakan untuk menyerang satu atau beberapa server atau jaringan, dengan tujuan membuat server atau jaringan tersebut tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah.

Dalam serangan ini, seringkali ribuan atau bahkan jutaan permintaan yang tidak sah dikirim ke server atau jaringan secara bersamaan, sehingga membanjiri sumber daya sistem dan membuatnya tidak dapat menangani permintaan yang sah.

DDoS dapat memiliki berbagai dampak, termasuk penurunan kinerja sistem, kerugian finansial, dan hilangnya data sensitif.

Serangan ini sering digunakan sebagai alat untuk melakukan pemerasan atau untuk memfasilitasi serangan siber lainnya, seperti pencurian data atau pengambilalihan akun.

Para penyerang biasanya menggunakan botnet, yaitu jaringan komputer yang dikendalikan dari jarak jauh tanpa sepengetahuan pemilik komputer, untuk melancarkan serangan DDoS.

Untuk melindungi sistem dari serangan DDoS, organisasi biasanya mengadopsi solusi keamanan seperti firewall, dan solusi mitigasi DDoS dengan contoh community blackhole.

Kerusakan Hardware

Kerusakan pada hardware dapat menjadi penyebab terjadinya downtime pada server.

Hardware pada server yang sering mengalami kerusakan meliputi hard disk drive (HDD), solid-state drive (SSD), memori, dan motherboard.

Kerusakan pada hard disk drive atau solid-state drive dapat mengakibatkan hilangnya data atau bahkan kegagalan sistem operasi.

Jika server mengalami kerusakan pada hard disk drive atau solid-state drive, maka perlu dilakukan penggantian perangkat yang rusak dan pemulihan data untuk menghindari terjadinya downtime.

Kerusakan pada memori atau motherboard juga dapat menyebabkan server downtime.

Jika terdapat masalah pada memori atau motherboard, maka server tidak dapat beroperasi dengan baik dan dapat mengalami kerusakan yang lebih serius.

Untuk menghindari terjadinya downtime akibat kerusakan hardware, server perlu dilakukan pemeliharaan secara berkala.

Hal ini meliputi pemeriksaan dan perawatan hardware, pembaruan firmware, dan perangkat lunak yang diperlukan untuk menjaga kinerja server yang optimal.

Selain itu, server juga perlu dilengkapi dengan hardware cadangan atau sistem RAID (Redundant Array of Independent Disks) untuk memastikan kontinuitas operasi server.

Kerusakan Software

Selain hardware, software juga dapat menjadi penyebab terjadinya downtime pada server.

Salah satu contoh dari software yang bisa mempengaruhi downtime adalah HTTP (Hypertext Transfer Protocol) dan HTTPS (Hypertext Transfer Protocol Secure).

HTTP dan HTTPS merupakan protokol yang digunakan untuk mengirimkan data antara server dan client.

Jika terdapat masalah pada konfigurasi server atau software, maka server bisa mengalami downtime.

Sebagai contoh, jika HTTPS tidak berfungsi dengan baik, maka server tidak dapat menjalankan fungsi keamanan dan enkripsi yang diperlukan untuk melindungi data pengguna.

Selain itu, masalah pada sistem operasi atau perangkat lunak lainnya seperti database atau aplikasi yang tidak di-upgrade juga dapat menyebabkan server mengalami downtime.

Untuk menghindari terjadinya downtime akibat masalah pada software, perlu dilakukan pemeliharaan dan perawatan secara rutin.

Termasuk memperbarui software dan sistem operasi pada server serta mengoptimalkan konfigurasi server.

Proses Restart Software

Restart software atau layanan pada server dapat menjadi penyebab sementara terjadinya downtime.

Contohnya adalah Apache pada server web, ketika layanan seperti Apache pada server web direstart, maka server akan tidak dapat diakses untuk sementara waktu.

Namun, downtime yang terjadi akibat restart layanan biasanya hanya bersifat sementara dan tidak berlangsung lama.

Setelah layanan berhasil direstart dan berjalan kembali, server akan kembali normal dan dapat diakses seperti biasa.

Restart layanan atau software pada server biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah teknis yang muncul pada server.

Misalnya, ketika server mengalami overload atau munculnya masalah pada konfigurasi software tertentu.

Dalam beberapa kasus, restart dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari terjadinya masalah yang lebih besar pada server.

Penting bagi penyedia layanan server untuk melakukan restart layanan atau software secara hati-hati dan dengan perencanaan yang matang.

Sebaiknya, dilakukan pada waktu yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, serta memberikan informasi terlebih dahulu kepada pengguna agar mereka dapat mempersiapkan diri dan meminimalkan dampak dari downtime yang terjadi.

Bagaimana Cara Menghitung Downtime?

Setelah Anda mengetahui apa itu downtime serta penyebab terjadiinya downtime, ternyata Anda juga bisa mengetahui downtime rate. Bagaimana caranya? Simak terus sampai selesai!

Pertama, jika Anda ingin mengetahui presentase downtime, Anda bisa gunakan rumus sebagai berikut:

Persentase downtime = Periode down time (dalam jam) / Total jam dalam setahun x 100%
Rumus Persentase Downtime

Contoh:

Jika dalam setahun terjadi downtime selama 24 jam, maka presentase downtime adalah sebagai berikut:

Persentase downtime = Periode down time (dalam jam) / Total jam dalam setahun x 100%

                                     = 24/8.760 X 100%

                                     = 0,27%

Jadi presentase downtime yang terjadi dalam satu tahun tersebut sebesar 0,27%.

Kedua, jika Anda ingin mengetahui periode downtime, maka Anda dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

Periode downtime = Persentase down time / 100% x Total jam dalam setahun
Rumus Periode Downtime

Contoh:

Diketahui presentase downtime dalam satu tahun 0,27%, maka periode downtime nya adalah:

Periode downtime = Persentase down time / 100% x Total jam dalam setahun

                               = 0,27%/100% X 8.760

                               = 23,652 jam.

Ketiga, Jika Anda ingin mengetahui downtime rate melalui uptime, maka Anda bisa menghitungnya dengan mengurangi uptime.

Contoh:

Diketahui uptime server Anda sebesar 99,95% maka presentasi downtimenya adalah:

Persentase downtime = 100% – 99,95%

                                     = 0,05 %

Jadi persentase downtime nya sebesar 0,05 %

Jika Anda ingin mengetahui periode downtimenya, selanjutnya tinggal masukkan ke dalam rumus yang kedua.

Contoh:

Periode downtime = Persentase down time / 100% x Total jam dalam setahun

                               = 0,05%/100% X 8.760

                               = 4, 38 jam.

Jadi, Periode downtime yang diperoleh sebesar 4,38 jam.

Bagaimana, menghitung downtime tidak sesulit yang dibayangkan bukan?

Kesimpulan

Sampai sini sudah paham bukan apa itu downtime? Jika Anda sedang mencari provider layanan server dengan uptime yang tinggi, coba hubungi Herza Cloud.

Herza memberikan jaminan uptime server sebesar 99.5% uptime per bulan di luar downtime akibat maintenance yang sebelumnya telah di umumkan melalui https://clients.herza.id.

Untuk menjaga performance server, kami melakukan maintenance rutin pada hari Sabtu / Minggu malam dan Senin dini hari.

Selama maintenance, ada kemungkinan server akan direboot tanpa notifikasi sebelumnya melalui website.

Kegagalan terhadap penyediaan uptime server oleh Herza Cloud dapat diklaim apabila berlangsung melebihi batas 0.5% dalam satu bulan dan terjadi dalam satu waktu, tidak termasuk akumulasi dari gangguan yang terjadi dibawah 0.5%.

Selain itu, Herza Cloud memberikan jaminan konektivitas internet pada server hosting sebesar 99,5% uptime per bulan.

Silahkan cek kecepatan jaringan kami melalui Aplikasi SpeedTest.

Untuk server yang berlokasi di Singapore, pelanggan mendapatkan jaminan redundancy link ke berbagai backbone internasional.

Sedangkan untuk server yang berlokasi di Indonesia, pelanggan mendapatkan jaminan konektivitas internasional dan konektivitas langsung ke local exchange seperti IIX, OIXP, NCIX, JKT-IX, BIX, CDIX, BatamIX, CXC, dan DCI-IX.

Kegagalan terhadap penyediaan konektivitas internet oleh Herza Cloud pada server hosting akibat gangguan jaringan dapat diklaim apabila berlangsung melebihi batas 0,5%  dalam satu bulan dan terjadi dalam satu waktu, tidak termasuk akumulasi dari gangguan yang terjadi dibawah 0.5%.

Berikut ini beberapa garansi umum dalam industri saat ini dan jumlah aktual downtime per bulan yang diakibatkan:

99,5% uptime = 216 menit downtime dalam sebulan

99,8% uptime = 86,4 menit downtime dalam sebulan

99,9% uptime = 43,2 menit downtime dalam sebulan

99,99% uptime = 4,32 menit downtime dalam sebulan

99,999% uptime = 0,432 menit (26 detik) dalam sebulan

Untuk informasi selanjutnya bisa Hubungi Kami dan konsultasikan bersama kami Herza Cloud.

 

 

 

 

 

 

 

 

Â